Jangan tuduh aku sama dengan yang lain, yang hanya mampir sebentar lalu pergi menjauh. Aku sudah berjuang sewarasku untuk menjadi yang kau ingin, kaulah yang tak butuh aku dengan penuh. Kau yang membuat aku pergi, sebab aku punya hati untuk menyadari bahwa aku bukan yang kau hendaki.
Telah ku sediakan rumah paling nyaman untuk kau pulang. Yang ku isi dengan kehangatan hati dan pelukan. Tapi kau tetap saja hengkang, mengembara menemukan wanita yang tanpa ada kurang. Dan disini aku wanita yang penuh kelemahan, dengan senang hati kau tinggalkan.
Menurutmu, haruskah aku mengurai tangis untuk mencuri hatimu yang sadis? Haruskah aku meringis atas cinta yang seharusnya manis? Maaf saja, tak sebodoh itu juga aku dalam mencinta. Logika ku masih dengan sangat baik berfungsi, mengemis atas cinta yang tak pernah ada adalah kebodohan diri yang hakiki.
Tak ada yang suka di jadikan pilihan, apalagi tentang hati dan ikatan. Ketika berjuang ku tak pernah dapat balasan. Ketika menyerahku kau bilang keputus asaan. Disitulah kau benar-benar tak punya perasaan.
Tak ada yang suka di jadikan pilihan, apalagi tentang hati dan ikatan. Ketika berjuang ku tak pernah dapat balasan. Ketika menyerahku kau bilang keputus asaan. Disitulah kau benar-benar tak punya perasaan.
Maka sekali lagi aku tegaskan, bahwa aku pernah benar-benar cinta, aku pernah benar-benar berjuang. Tapi kau pasti sangat paham bahwa berjuang sendirian itu melelahkan, dan sangat menyebalkan. Maka kali ini, aku benar-benar melepaskan.
Terbanglah, temukan rumah untuk pulang yang kau impikan. Sebab akupun juga akan. Karena segala yang pernah melewatkan, tak akan ada lagi kesempatan. Karena yang diperjuangkan, seharusnya masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar