Rabu, 13 Februari 2019

Lemah

Debar ini mengapa selalu menemani di malam-malam sendiri?
Mengapa selalu resah memikirkan hal yang mungkin tidak terjadi?
Wahai hati, tegarlah melewati setiap hari.

***

Aku sungguh tak tega melihat kau sedang kesakitan disampingku, menutup mata dan merebahkan kepalamu diatas meja. Apa yang harus aku perbuat? Membelikanmu obat? atau menawarkan segelas teh hangat?
Hati kecilku sangat ingin melakukan hal itu, tapi sekitarku bilang tak harus seperhatian itu.
Ketika kau sakit, akulah yang lebih sakit. Sakit menahan diri yang ingin dengan sigap menangkapmu, memegang erat tanganmu dan memeluk tubuh letihmu. Sakit karena pada kenyataannya aku tak bisa berbuat apa-apa selain berdoa dan memperhatikanmu dari tempatku. Jadi, jika ada satu hal yang boleh aku minta kepadamu, tolonglah kau jangan sakit. Karena akan membuat hatiku juga sakit.

Lalu, ketika kau tersenyum pada ponselmu, berbicara dengan nada manja, dengan bahasa yang tidak aku mengerti selain "aku" dan "kamu" disetiap kalimat yang kau ucap itu.
"Wanitamu?" ahh bodoh, mana mungkin aku bertanya itu padamu. sanggup pun tidak mendengar jawabanmu.

Kau tahu, aku mendengar setiap ucapanmu? walau aku tak mengerti. Ada beberapa yang kau ucap berkali-kali, mungkin dia yang diujung ponsel tidak mendengar suaramu yang berbisik kecil sekali, atau hanya ingin mendengarmu mengucap kata itu lagi dan lagi. Dan aku tetap tidak mengerti. Sama halnya seperti aku tidak mengerti mengapa harus ada air mata yang membasahi pipi mendengar suara lembutmu yang berbicara bukan kepadaku.

Hari ke hari, aku mengikuti perkembanganmu. Apa yang kau suka, apa yang tidak. Apa yang sedang ingin kau beli, atau tempat mana yang ingin kau kunjungi. 

Bahkan ketika berkali-kali kau bilang aku lemah, senyumku tetap bisa kau dapatkan sebab aku ingin kau merasa lebih kuat dari aku. Biarlah. Kau lelaki, memang seharusnya lebih kuat dari aku. Meski kau tak akan pernah tau seberapa kuat aku di masa lalu. Seberapa getir perjuanganku. Seberapa derai air mata yang ku habiskan sepanjang waktu.

Jangan, jangan kasihan kepadaku, aku tak butuh dikasihani. Aku hanya ingin kau kasih hati. Bila memang kau benar-benar peduli, jangan terlalu sering diamkan aku seperti barang mati yang tak punya hati.

0 komentar:

Posting Komentar