Minggu, 16 September 2018

Lebih dari Tabah

Selamat malam semesta, kau tahu aku sedang tidak baik-baik saja. Mencoba berlari dari kenyataan yang hatiku tak terima. Mencoba menghilang dari hiruk-pikuknya dunia. Sendiri ini memang sedang aku nikmati, meski sebenarnya akhir pekan ini teman-teman menawariku untuk bertemu agar hilang gundah dihati. Tapi, aku masihlah aku yang dulu, yang suka menyendiri bila hatinya sedang dikecewakan. Untuk teman-temanku yang kusayang, selamat ber-akhir pekan, selamat bersenang-senang. 

***

Dan untukku; duka juga bagian dari hidup, berilah ruang untuknya. Jangan buru-buru lari, nikmatilah dulu patah hati. Ia akan mengajarkanmu banyak hal, hal yang tak kau temukan di pelajaran sekolah manapun. Dan hingga detik ini, aku belajar kuat agar tak selalu jadi bercandaanmu.

Aku seringkali mewanti-wanti hatiku, yang kadang sembarang memupuk rasa. Aku bilang, kalau suka ya cukup suka saja, jangan sampai cinta. Tapi ternyata hatiku membangkang juga, dia sempurna jatuh cinta. Cinta yang dari awal seharusnya memang tak ada, sekarang menggelapkan hari-hariku karena telah salah mencintainya. Dan kini, yang ku sayangkan adalah aku harus mundur sebelum berjuang. Mengapa? Karena cemburu yang tak berkesudahan ini, sedetik saja tak dapat aku redam. Padahal, cinta bertahun-pun sanggup aku sembunyikan.

Aku tidak percaya diri, apalagi denganmu. Sebab, aku hanyalah wanita biasa yang tidak bisa apa-apa kecuali memperjuangkanmu di-sepertiga malamku. Meski kau memperjuangkannya di-sepertiga malammu. Tak apa, biarlah begitu, aku tak masalah, hatiku ini sudah lebih dari tabah, sebab aku diajarkan bahwa apapun yang ku mau dalam hidup, doa jangan pernah putus, jangan pernah henti. Hingga semesta tahu bahwa orang yang paling tidak beruntung ini adalah orang yang paling gigih berjuang.

0 komentar:

Posting Komentar