Kau adalah orang asing yang takdir pertemukan dengan aku. Aku tak menolak takdir itu, ia terus mengalir sesuai aturannya. Kemudian aku terus mengikuti alirannya, hingga aku sampai pada muara yang membawa hatiku terseret jauh kedalam tajam matamu. Kau adalah sosok yang tak pernah aku bayangkan, bahkan saat pertama bertemu, aku tak pernah berfikir akan terjatuh kepadamu.
Hingga pada saat ini, aku tak mengerti dari mana rasa ini berawal, mugkin karena perlakuanmu yang kadang-kadang membuatku merasa istimewa. Padahal bagimu aku tidaklah se-istimewa itu. Karena ketika ku tersadar, baikmu bukan hanya kepadaku, kepada wanita lain-pun juga begitu. Aku merasa tertipu, bukan oleh mu tapi oleh ekspektasi yang kubuat sendiri.
Maafkan aku karena telah lancang membawa-bawa namamu disetiap doa malamku, disetiap sujud yang aku renungkan, disetiap harapan yang aku semogakan. Mungkin diluar sana ada sebuah nama yang telah lama engkau tunggu, yang mengenalmu lebih dulu dari aku. Berdoalah selalu, untuk siapa dan apa saja yang engkau juga semogakan, karena apa yang engkau semogakan akan selalu aku aamiinkan.
Meski pada akhirnya hatimu tak dapat aku luluhkan, meski bagimu dia adalah wanita yang lebih dari teman. Berjuanglah dalam doa kepada Tuhan, yakinkan Dia bahwa wanita itu benar-benar ditakdirkan untukmu sejak dalam kandungan. Sebelum aku berhasil meyakinkan Tuhan, bahwa untukku-lah kau diciptakan.
Lalu dengan hatiku? Tak usah risau, hatiku terbiasa menerima pengabaian berkali-kali, bahkan lebih dari ini. Bukan aku tak mau berjuang untukmu, sesekali aku juga ingin menjadi pihak yang diperjuangkan. Aku selalu meyakinkan diri bahwa jika kau ingin bersamaku, kau akan lakukan. Maka jika hari ini kau tidak bersamaku, artinya kau sedang tak ingin denganku.
Aku cukup tahu diri untuk tak meminta hatimu dengan paksa, karena aku juga orang yang tak suka dipaksa. Karena cinta tidaklah harus menjadi egois, karena aku sepenuhnya sadar bahwa hatiku bukannya kau curi, tapi ia dengan sengaja menyerahkan diri.
0 komentar:
Posting Komentar