Hi
fe, sudah satu tahun ya semenjak aku memutuskan untuk menyerah. Menyerah dan
merelakan kamu dengan yang lain. Tapi entah kenapa suasana pagi ini membawaku
lagi kedalam perasaan yang sudah lama aku buang itu. Duduk disebelahmu
diruangan yang tenang dan dengan pemandangan indah ini, aku tak ingin hari ini
berlalu begitu saja, aku ingin berlama disini, disampingmu. Sambil kita menulis hal-hal yang harus kita tulis,
disini. Dan pagi ini aku senang berada disini, entah karena ruangan ini memang
nyaman dan pemandangannya indah, atau entah karena kau ada disampingku.
Fe,
rasanya aneh. Aku merasa jahat. Jahat karena ingin bersamamu, sedangkan aku
tahu kau punya kekasih. Tapi aku selalu berpikir “kenapa bukan aku ya?” ahh
entahlah, mungkin Tuhan punya rencana lain untukku. Meskipun hanya bisa seperti
ini, meskipun hanya duduk disampingmu aku tak masalah, aku tak akan berharap
lebih kepadamu yang sudah ada pemilik. Fe, belakangan ini kenapa kau hantui
lagi pikiranku yang telah lama melupakannmu? Apa kau berharap perasaan itu
masih ada? Aku biasanya tidak memikirkan orang-orang yang tidak memikirkanku,
dan jika aku tiba-tiba saja ingat seseorang itu adalah tanda bahwa orang
tersebut sedang memikirkanku, begitu kuatnya telepati yang kubangun dengan
mereka yang ada disekitarku.
Aku
percaya, sesekali saat kau sendiri pasti kau teringat akan aku kan? Jujurlah
saja, kau pasti juga memikirkan bagaimana perasaanku yang sesungguhnya padamu.
Meskipun mungkin kau sudah tahu dari teman-temanku, temanmu juga. Aku teringat
lagi fe, waktu kita pulang bersamaan dan besoknya kamu bilang “enak ya punya
banyak pacar”. Aku cuma bisa nyengir sebab tahu waktu itu kamu juga sedang pdkt
sama kekasihmu yang sekarang. Aku juga tak habis pikir kamu memilih dia
daripada aku. Yaa, aku memang kalah pada waktu itu. Tapi sekarang? Enggak fe,
aku tetap bisa dekatmu, aku masih bisa melihatmu setiap hari, aku bisa duduk
disampingmu, dan aku bisa berjalan dibelakangmu. Meski hanya itu yang aku bisa.
Waah
fe, berbicara tentangmu memang tak bisa sedikit. Aku selalu punya banyak kata
yang aku rangkai untukmu. Sudah mulai siang, aku terlalu larut dalam lamunan
pagiku disampingmu. Tanpa kusadari air mata ikut menetes mengingat
kejadian-kejadian dulu. Kecewa atas hilangnya harapan yang pernah ku tulis di
halaman hidupku. Andai saja yang bisa mendampinginmu itu aku fe. Fe, aku sudah
mencoba berpindah kebeberapa hati tapi entah kenapa diujung cerita selalu
bermuara kepadamu. Apa aku benar-benar belum bisa merelakanmu?
0 komentar:
Posting Komentar