Halo sahabat...
Kita yang dekat secara tak sengaja, yang di satukan alam oleh keindahannya. Kini menjadi cerita indah pula di bagian perjalanan hidupku. Kalian mengisi satu sisi dalam hatiku. Begitupun dengan alam, yang telah sejak lama menjadi temanku.
Kita adalah kata yang dipertemukan dunia, kita pernah sama-sama rasakan panasnya mentari hanguskan hati. Kita pun pernah berjalan di kelamnya waktu, terjebak di dinginnya malam hingga tubuh terasa beku saat angin menembus tulang, menusuk kalbu.
Teman,
Alam terlalu indah untuk kita nikmati sendiri, terlalu anggun untuk kita kotori. Sehingga terlalu istimewa untuk begitu saja kita lewati.
Teman,
Terimakasih telah membawaku bersama kalian. Cukup lama aku berjalan sendiri, hingga saat kita jumpa hari itu, tajam matamu tikam jiwaku. Alam yang kita jelajahi bersama ajarkan kita untuk bersahabat, ajarkan kita untuk bekerjasama, apalagi berbagi.
Salah satu pelajaran yang dapat aku ingan dari perjalanan itu; jangan berpegang pada ranting yang rapuh, hanya seolah memberi tempat berpegang namun akhirnya membuat jatuh juga.
Tapi kalian bukanlah ranting yang rapuh itu, kalian bagai dua belah batu keras. Bisa sebagai tempat berpegang, bersandar, dapat menerangi malam. Kenapa? Karena batu juga bisa menyalakan api. Bersama kita mencari damai diatas awan.
Indahnya alam tak akan aku ingkari, terselip air mata dibalik derai tawa. Tentang air mata, aku tak pernah ingin membagi dengan siapapun dan alasan apapun. Maafkan jika kalian tak suka dengan itu. Namun begitulah aku dilahirkan, tidak diajarkan untuk memohon belas kasihan. Tidak meminta tolong selagi masih bisa sendiri. Tapi alam begitu ramah, mengajarkanku untuk hidup bahu membahu, untuk menolong dan ditolong.
Kita yang dekat secara tak sengaja, yang di satukan alam oleh keindahannya. Kini menjadi cerita indah pula di bagian perjalanan hidupku. Kalian mengisi satu sisi dalam hatiku. Begitupun dengan alam, yang telah sejak lama menjadi temanku.
Kita adalah kata yang dipertemukan dunia, kita pernah sama-sama rasakan panasnya mentari hanguskan hati. Kita pun pernah berjalan di kelamnya waktu, terjebak di dinginnya malam hingga tubuh terasa beku saat angin menembus tulang, menusuk kalbu.
Teman,
Alam terlalu indah untuk kita nikmati sendiri, terlalu anggun untuk kita kotori. Sehingga terlalu istimewa untuk begitu saja kita lewati.
Teman,
Terimakasih telah membawaku bersama kalian. Cukup lama aku berjalan sendiri, hingga saat kita jumpa hari itu, tajam matamu tikam jiwaku. Alam yang kita jelajahi bersama ajarkan kita untuk bersahabat, ajarkan kita untuk bekerjasama, apalagi berbagi.
Salah satu pelajaran yang dapat aku ingan dari perjalanan itu; jangan berpegang pada ranting yang rapuh, hanya seolah memberi tempat berpegang namun akhirnya membuat jatuh juga.
Tapi kalian bukanlah ranting yang rapuh itu, kalian bagai dua belah batu keras. Bisa sebagai tempat berpegang, bersandar, dapat menerangi malam. Kenapa? Karena batu juga bisa menyalakan api. Bersama kita mencari damai diatas awan.
Indahnya alam tak akan aku ingkari, terselip air mata dibalik derai tawa. Tentang air mata, aku tak pernah ingin membagi dengan siapapun dan alasan apapun. Maafkan jika kalian tak suka dengan itu. Namun begitulah aku dilahirkan, tidak diajarkan untuk memohon belas kasihan. Tidak meminta tolong selagi masih bisa sendiri. Tapi alam begitu ramah, mengajarkanku untuk hidup bahu membahu, untuk menolong dan ditolong.
0 komentar:
Posting Komentar