Bila saja kau ada disampingku,
sama sama kita arungi danau biru. Bila malam mata enggan terpejam berbincang
tentang bulan bintang. Aku berharap kita punya waktu dan tempat yang lain, aku
tak tahu kau merasakannya atau tidak, tapi aku jelas merasa terjebak mematung
bila bersamamu. Tak tahu harus bertingkah. Stuck in the moment.
Tentang Rinduku
Aku hanya tak dapat tidur malam
ini, ketika bayangmu hadir disetiap sudut kamarku. Sempurna sudah dua bulan
kita tak bertemu, dan selama itu juga aku tak pernah mendapat kabar darimu.
Tidak ada gurauanmu yang membuatku tertawa sepanjang hari. Hampir membuat gila.
Namun lebih gila lagi jika aku tak segera melihatmu. Masih terlukis indah
dimemoriku senyum yang kau lempar kepadaku saat terakhir pertemuan itu. Ketika
itu aku berharap punya banyak waktu bersamamu, tak bisa kah kau lihat itu?
Sedikit kata perpisahan pun tak kau ucapkan ketika semua orang melakukannya
kepadaku. Sengaja aku mengulur waktu berharap kau menyampaikan apa yang selama
ini aku nanti. Namun seolah dikejar waktu, aku tak dapat menunggu terlalu lama
sampai akhirnya kata itupun tak bisa aku bawa pulang. Diammu sungguh
menyakitkan. Membunuhku secara perlahan. Jika memang tidak, lantas mengapa
tingkah dan senyuman itu seolah mengisyaratkan cinta? Membuat aku terbuai
dengan indah. Beri aku isyarat jika memang hatimu bukan untukku. Agar aku bisa
menentukan langkahku. Kamu tahu bukan apa yang akan terjadi bila selamanya kau
menggantung cinta? Yaa, takkan ada cinta untukmu. Lalu beri aku petunjuk bila
aku benar ada dihatimu. Katakan padaku sampai kapan aku harus menunggu. Aku
akan menunggu jika hatimu pasti. Ketika kamu tahu tidak ada cinta yang tak
diungkapkan kecuali oleh orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar