Senin, 25 Agustus 2014

Tentang Rinduku

Aku hanya tak dapat tidur malam ini, ketika bayangmu hadir disetiap sudut kamarku. Sempurna sudah dua bulan kita tak bertemu, dan selama itu juga aku tak pernah mendapat kabar darimu. Tidak ada gurauanmu yang membuatku tertawa sepanjang hari. Hampir membuat gila. Namun lebih gila lagi jika aku tak segera melihatmu. Masih terlukis indah dimemoriku senyum yang kau lempar kepadaku saat terakhir pertemuan itu. Ketika itu aku berharap punya banyak waktu bersamamu, tak bisa kah kau lihat itu? Sedikit kata perpisahan pun tak kau ucapkan ketika semua orang melakukannya kepadaku. Sengaja aku mengulur waktu berharap kau menyampaikan apa yang selama ini aku nanti. Namun seolah dikejar waktu, aku tak dapat menunggu terlalu lama sampai akhirnya kata itupun tak bisa aku bawa pulang. Diammu sungguh menyakitkan. Membunuhku secara perlahan. Jika memang tidak, lantas mengapa tingkah dan senyuman itu seolah mengisyaratkan cinta? Membuat aku terbuai dengan indah. Beri aku isyarat jika memang hatimu bukan untukku. Agar aku bisa menentukan langkahku. Kamu tahu bukan apa yang akan terjadi bila selamanya kau menggantung cinta? Yaa, takkan ada cinta untukmu. Lalu beri aku petunjuk bila aku benar ada dihatimu. Katakan padaku sampai kapan aku harus menunggu. Aku akan menunggu jika hatimu pasti. Ketika kamu tahu tidak ada cinta yang tak diungkapkan kecuali oleh orang yang terlalu mencintai dirinya sendiri.
Bila saja kau ada disampingku, sama sama kita arungi danau biru. Bila malam mata enggan terpejam berbincang tentang bulan bintang. Aku berharap kita punya waktu dan tempat yang lain, aku tak tahu kau merasakannya atau tidak, tapi aku jelas merasa terjebak mematung bila bersamamu. Tak tahu harus bertingkah. Stuck in the moment.

0 komentar:

Posting Komentar