Tahun
telah berlalu teman, ingatanku masih saja tertinggal ditepian danau saat camar
menari disekitar kita. Semua kenangan yang pernah ada, sayang yang pernah
berbagi, cerita yang dulu kita selalu renungkan, entah kemana akan kucari lagi.
Aku tak pernah berhenti untuk berfikir mengapa kita begini, apa yang salah
dengan diriku? Bukan engkau teman, tapi seseorang yang engkau tahu siapa dia.
Tak bisa
diungkapkan dengan kata, sungguh. Ini memang sangat membosankan, begitu
melelahkan. Bahkan ini sangat menyebalkan, tubuh seakan beku dalam bongkahan es,
membeku tanpa tahu kapan akan mencair. Yaa… benar teman, ini semua seperti
sorot lampu panggung tanpa penonton, menerangi tubuh didalam kegelapan, terdiam
bisu tanpa senyum dan air mata, semua hampa teman.
Andai
aku tahu saat itu adalah terakhir kalinya kita bertemu, tak ingin sedetikpun
aku alihkan pandanganku, tak ingin aku meninggalkan tempat itu, ahh teman andai
aku bisa hentikan waktu, kuhentikan waktu. Namun saat ini aku terlempar indah dikegelapan
malam, memaksaku tuk menerima satu kenyataan.
Engkau
tahu teman, saat deras hujan bagai air mata, gumpalan awan dilangit biru
bercerita kisah kita, saat cerah mentari mengiringi langkah kita, hanya jadi
saksi bisu kisah perjalananku denganmu, saat perbedaan jadi keindahan, dan saat
keindahan itu kau hancurkan.
Dan
hari esok adalah langkahku untuk melupakan sejuta harapan untuk selamanya, aku
kan melangkah dengan wajah yang riang kembali, namun kali ini tanpamu teman.
Bukan aku atau engkau yang salah dalam cerita ini, namun takdir Tuhan tak bisa
kau hindari. Dan sekarang biarlah cerita yang manis menurutku, walau entah apa
artinya bagimu itu tersusun rapi dalam memori masalalu kita. Selamat Jalan
teman, bila kau rindukan aku ingatlah untuk datang ketepian danau itu, itu
danau kita.
0 komentar:
Posting Komentar